download makalah Benigna Prostat Hiperplasy (BPH)
Blog ini berisi informasi perihal seleksi CASN baik CPNS maupun PPPK. Selain itu, blog ini juga banyak diisi dengan informasi-informasi perihal Keperawatan.
RSUD CILACAP
Sabtu, 19 April 2014
Jumat, 18 April 2014
ASKEP BRONKHITIS
ASKEP BRONKHITIS
I. DEFINISI BRONKHITIS
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada
bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis. ( manurung,2008 )
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli,
bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering
disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV),
Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus.
(Muttaqin,2008)
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran
napas bawah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan
iritan yang terhirup.
(Chang, 2010)
II. KLASIFIKASI BRONKHITIS
Bonkhitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Bronkhitis
kronis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel
goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.pembentukan
mucus yang meningkatkan mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.batuk
kronis yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi
bronkeolus yang kecil sedemikian rupa sehingga bronkeolus tersebut rusak dan
dindingnya melebar.
(Price, 1995)
2. Bronkhitis
akut merupakan imflamasi bronkus pada saluran nafas bawah penyakit ini
disebabkan oleh bakteri dan virus. bronkhitis akut dapat sembuh sendiri dan
berlangsung dalam waktu singkat. penyakit ini harus dibedakan dengan bronkhitis
kronis yang biasanya berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik.
(Chang, 2010)
3. Bronkhitis
akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan yang mengakibatkan
inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.
(Tambayong, 2000)
4. Bronkhitis
kronisinflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif pada batuk
produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik
yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.
(Tambayong, 2000)
III. ETIOLOGI
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya
bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat
pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial
a.
Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi
kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga
dapat menyebabkan bronkotriksi akut
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri
yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
c.
Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor
penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia
dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi O2,
zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan
berperan atau tidak, kecuali pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin
yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e.
Faktor
sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada
golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih buruk
( manurung, 2008 )
IV.
IV.
PATOFISIOLOGI BRONKITIS
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi
lendir dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus
menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi
semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal
ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli
yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk
fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan
klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial
lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan
napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal
tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis.
(manurung,
2008)
V. TANDA DAN GEJALA
V. TANDA DAN GEJALA
Gejalanya berupa:
a.
batuk
berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
b. sesak napas
ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
c.
sering
menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
d. lelah
e.
pembengkakan
pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
f.
wajah,
telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
g. pipi tampak
kemerahan
h. sakit kepala
i. gangguan penglihatan.
VI. TEST DIAGNOSTIK
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis
kronik adalah meliputi rontgen thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri
Pemeriksaan
fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek
klinik bermakna sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi
pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut
kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari
kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat
inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang
volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat
pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara
nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan
alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Analisa gas
darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan
juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan
gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan
gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran
dalam analisa gas darah:
- PH normal
7,35-7,45
- Pa CO2
normal 35-45 mmHg
- Pa O2
normal 80-100 mmHg
- Total CO2
dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3
normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses
normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi
O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior
dilakukan untuk menilai derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi
penyakit paru obstruktif menahun.
Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis
darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan
tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman
anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen,
dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
·
Lapisan
teratas agak keruh
·
Lapisan
tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
·
Lapisan
terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
(celluler debris).
(mutaqin, 2008)
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya
korpulmonale, gagal jantung kanan dan gagal pernapasan.(manurung, 2008 )
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis
adalah:
1. Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau
seluruh bagian dari asinus alveoli yang disertai dengan kerusakan dari sel
pernapasan.
2. Kor
pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi
dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur
paru atau keduannya.
3. Polisitemia
Adanya batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada
blublotter.eksaserbasi akut disebabkan oleh infeksi.pada auskultasi terdapat
ronki basah,baik pada ekspirasi maupun inspirasi.sesak nafas dan weizing atau
mengi merupakan tanda utama dari bronkhitis. bila sudah terdapat komplikasi kor
pulmonale,maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk
(Rab, 1996)
VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
DAN MEDIS
1) Penatalaksanaan
umum pada bronkhitis kronik bertujuan untuk memperbaiki kondisi tubuh
penderita, mencegah perburuan penyakit, menghindari faktor resiko dan mengenali
sifat penyakit secara lebih baik. Disamping itu tujuan utama pengobatan adalah
untuk menjaga agar bronkiolus terbuka dan berfungsi, sehingga memudahkan
pembuangan sekresi bronkhial, mencegah infeksi dan kecacatan. Perubahan pola
sputum ( sifat, warna, jumlah dan ketebalan ) dan pola bentuk merupakan hal
yang perlu diperhatikan.infeksi bakteri tambuh diobati dengan terapi
antibiotika berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitifitas.
2) Terapi
bronkodilator berguna untuk menghilangkan bronkospasmo dan mengurangi obstruksi
jalan nafas sehingga oksigen lebih banyak didistribusikan keseluruh bagian paru
dan fentilasi alveolar diperbaiki.dreinasepostular dan perkusi dada setelah
pengobatan biasanya sangat membantu terutama jika terdapat bronkiektasis.
3) Pemberian
cairan peroral maupun parenteral jika terjadi bronkospasme berat merupakan
tindakan sangat penting. pemberian terapi cairan sangat menbantu dalam
mengencerkan sekresi sehingga mudah dikeluarkan dengan membatukkan. pemberian
kortikos teroit diberikan jika tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
keberhasilan terhadap pengobatan konserfatif. klien harus berhenti merokok,
karena rokok dapat menyebabkan bronkokontriksi, melumpuhkan silia yang berperan
dalam membuang partikel yang mengiritasi serta menginaktifkan surfaktan yang
berfungsi untuk mengembangkan paru. perokok juga lebih rentang terhadap infeksi
bronchial.( manurung, 2008 )
Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Bronkitis
A. Pengkajian
1.
Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi
batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at
mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2.
riwayat
kesehatan
Ø Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna
kopi,disnea dalam beberapa keadaan,weizing pada saat ekspirasi,sering mengalami
infeksi pada system respirasi.
Ø Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang
lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya
riwayat merokok.
Ø Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang
tua perokok dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat
serta prefalensi terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi.selain
itu,klien yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan tersebut untuk
penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi
udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan.(mutaqin,2008)
3.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan
bronchitis biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40
drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta
biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
B1 (breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus
bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan
pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga
mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan
sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi
resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat
drainase yang buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan
terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.
B2 (blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila
tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan
intake cairan, oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah,
penurunan nafsu makan, dan penurun berat badan.
B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)
4.
terapi medis
Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan
mengkontrol infeksi serta meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang
diberikan berupa:
Ø Antimicrobial;
Ø Bronkodilator;
Ø Aerosolizet
nebulizer; dan
Ø intervensi
bedah.
(Irman, 2009)
B. Diagnosa
Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien
bronkitis adalah:
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
broncospasme.
2. Gangguan
pertukaran gas dengan perubahan supple oksigen
3. Gangguan
nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )
Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum dan bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Sputum tidak
ada
2. Bunyi napas
vesikuler
3. Batuk
berkurang atau hilang
4. Sesak napas
berkurang atau hilang
5. Tanda-tanda
vital normal
Intervensi
1. Kaji fungsi
pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Kaji posisi
yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi ( semi fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi
pernapasan dalam tubuh
3. Ajar dan
anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien
mandiri
4. Pertahankan
hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5. Lakukan
fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran
secret
6. Kolaborasi
dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan
produksi mukosa.
Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
suplai oksigen.
Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Nilai
analisa gas darah dalam batas normal.
2. Kesadaran
komposmentis.
3. Klien tidak
bingung
4. Sputum tidak
ada
5. Sianosis
tidak ada
6. Tanda fital
dalam batas normal
Intervensi
1. Pertahankan
posisi tidur fowler
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi
pernapasan dalam tubuh
2. Ajarkan
klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas,
dispnea dan kerja napas
3. Kaji
pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4. Kaji secara
rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume
cairan,meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan.
5. Dorong klien
untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya
pernapasan
6. Awasi
tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan
Rasional: Dengan
mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga memudahkan
tindakan selanjutnya.
7. Ukur tanda
vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8. Palpasi
fremitus
Rasional: mengetahui adanya bunyi nafas akibat
mukus
9. Berikan
oksigen sesuai indikasi
Rasional:
Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan
peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2. Menunjukkan
perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang tepat.
Intervensi
1. Kaji keluhan
klien terhadap mual, muntah dan anoreksia
Rasional: menentukan penyebab masalah
2. Lakukan
perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan lingkungan yang bersih
dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari
lingkungan
pasien
dan dapat menurunkan mual
3. Anjurkan
klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh
meskipun napsu makan berkurang
4. Timbang
berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk
untuk pasien
Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Klien
melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
2. Klien dapat
bergerak secara bebas
3. Kelelahan
berkurang atau hilang
4. Tonus otot
baik menunjukkan angka 5
Intervensi
1. Kali
aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
2. Latih klien
untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
3. Berikan
dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti: berjalan
perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
4. Diskusikan
dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status fungsi dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada
status pasien saat ini
5. Anjurkan
klien untuk konsultasi denan ahli terapi
Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai
kemampuan klien
DAFTAR PUSTAKA
Chang,
Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta :
EGC
Cotran,robbins.2008.dasar
patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran.
1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung,
Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,
Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Somantri,
Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi
untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia
Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges,
Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis
Langganan:
Postingan (Atom)